Penulis : Deborah Kaplan, Harry Elfont
Pemain : Mathew Goode, Amy Adams, Adam Scott
Genre : Comedy, Romance
Durasi : 100 Menit
Negara : USA
Production Company : Universal Pictures, Spyglass Entertainment
Official Trailer : http://www.youtube.com/watch?v=s83kFt0Zt8U
Formula Mathew Goode ditambah dengan keindahan alam ternyata masih gagal memuaskan saya saat menonton film romcom yang satu ini. Hambar, klise, dan sedikit memuakkan.
Film ini menceritakan mengenai kehidupan seorang wanita yang bisa dibilang sudah cukup sempurna. Pekerjaan yang menarik dan menghasilkan, pasangan yang cukup tampan, baik, dan mapan, teman-teman yang cukup baik, dan keluarga yang cukup normal. Kedataran kehidupan si tokoh utama wanita ini kemudian terusik dengan gosip bahwa pasangannya berniat untuk melamarnya. Mulailah kehebohan ala film romcom, GR sana sini, gembar gembor sana sini, panik sendiri sana sini, dan ujung-ujungnya kecewa sendiri.
Dramatisasi kekecewaan dari si tokoh utama wanita ini diluapkan dalam pencarian informasi tentang "wajarkah jika perempuan melamar pasangannya?". Entah karena kondisi emosi si tokoh wanita yang benar-benar sedang rapuh, atau kemalasan si penulis cerita untuk mengeksplorasi proses pencarian informasi ini, jadilah si tokoh utama wanita begitu mudah mempercayai informasi yang dia temui hanya dengan browsing satu malam. Harga diri dan kelogisan dilupakan demi menebus kekecewaan dan rasa malu.
Untuk mengikuti informasi yang diperolehnya tersebut, sang tokoh utama wanita lalu pergi menyusul pacarnya yang sedang berada di Eropa. Kedangkalan khas FTV dan romcom cheesy pun kembali terjadi. Pesawat yang ditumpangi si tokoh utama wanita pun mengalami masalah. Masalah yang terjadi di pesawat juga digambarkan dengan sangat "sederhana" jika tidak ingin dikatakan tidak niat. Bergetar, gelap-terang, teriakan panik, dan berganti ke scene selanjutnya. Doh!
Karena masalah penerbangan tersebut, si tokoh utama wanita harus "terdampar" di sebuah desa yang tidak dikenalnya. Seperti layaknya wanita-wanita dalam romcom, jika mereka tersesat, terdampar, atau berada di daerah asing, mereka akan bertemu dengan pria tampan. Hal seperti itu sangatlah tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Kalaupun ada, kemungkinannya sangat kecil. Ya, seperti halnya wanita-wanita romcom lainnya, si tokoh utama wanita pun bertemu dengan pria tampan (Matthew Goode). Dan entah mengapa, kalau di film-film romcom atau FTV, hanya pria tampan itulah yang mampu membantu si tokoh utama wanita. Dan walaupun si pria tampan itu luar biasa menyebalkan, tapi si tokoh utama wanita, entah bagaimana pasti ditakdirkan untuk meminta bantuan dan dibantu oleh si pria tampan.
Dalam film ini, si tokoh utama wanita meminta bantuan si pria tampan untuk mengantarkannya ke pacarnya. Cerita dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada alternatif lain bagi si tokoh utama wanita untuk mencapai tujuannya. Dan akhirnya mereka pun melakukan road trip bersama.
Tidak ada percakapan-percakapan cerdas ala When Harry Met Sally di sepanjang perjalanan yang mereka lalui. Yang ada malah kebetulan-kebetulan yang sangat "skenario". Hewan ternak menghalangi jalan, mobil tercebur di danau, ketinggalan kereta, dan kebetulan-kebetulan konyol lainnya. Sepanjang perjalanan tersebutlah, seperti biasa, karakter kedua tokoh utama menjadi luluh akibat situasi. Karakter yang tadinya saling tidak cocok dan membuat sebal satu sama lain, tiba-tiba mendadak saling peduli dan menghargai satu sama lain. So FTV, So Romcom.
Bagian twist di ending cukup logis, sebelum alarm kebakaran dan cerita cincin merusak semua kelogisannya. Umm, semua orang pasti punya kelemahannya masing-masing kan? Semakin lama kita mengenal seseorang, semakin banyak kelemahannya yang kita ketahui, dan jika kita tetap sayang pada orang itu, kita akan mentoleransi kelemahan-kelemahan tersebut. Nah sekarang, maukah kita melepaskan orang yang sudah begitu kita kenal, yang sudah banyak kita berikan toleransi dan mentoleransi diri kita, hanya karena suatu filosofi sepele, hanya untuk hidup bersama orang yang filosofis, namun baru kita kenal sebentar. Kita belum tahu kelemahan-kelemahan orang ini, dan apakah kita akan betah hidup selamanya dengannya. Terlalu banyak hal yang harus dipertaruhkan.
Well maybe that's the art of romcom. Love is illogical for those characters in the movies.
Rate : 4.0/10
Film ini menceritakan mengenai kehidupan seorang wanita yang bisa dibilang sudah cukup sempurna. Pekerjaan yang menarik dan menghasilkan, pasangan yang cukup tampan, baik, dan mapan, teman-teman yang cukup baik, dan keluarga yang cukup normal. Kedataran kehidupan si tokoh utama wanita ini kemudian terusik dengan gosip bahwa pasangannya berniat untuk melamarnya. Mulailah kehebohan ala film romcom, GR sana sini, gembar gembor sana sini, panik sendiri sana sini, dan ujung-ujungnya kecewa sendiri.
Dramatisasi kekecewaan dari si tokoh utama wanita ini diluapkan dalam pencarian informasi tentang "wajarkah jika perempuan melamar pasangannya?". Entah karena kondisi emosi si tokoh wanita yang benar-benar sedang rapuh, atau kemalasan si penulis cerita untuk mengeksplorasi proses pencarian informasi ini, jadilah si tokoh utama wanita begitu mudah mempercayai informasi yang dia temui hanya dengan browsing satu malam. Harga diri dan kelogisan dilupakan demi menebus kekecewaan dan rasa malu.
Untuk mengikuti informasi yang diperolehnya tersebut, sang tokoh utama wanita lalu pergi menyusul pacarnya yang sedang berada di Eropa. Kedangkalan khas FTV dan romcom cheesy pun kembali terjadi. Pesawat yang ditumpangi si tokoh utama wanita pun mengalami masalah. Masalah yang terjadi di pesawat juga digambarkan dengan sangat "sederhana" jika tidak ingin dikatakan tidak niat. Bergetar, gelap-terang, teriakan panik, dan berganti ke scene selanjutnya. Doh!
Karena masalah penerbangan tersebut, si tokoh utama wanita harus "terdampar" di sebuah desa yang tidak dikenalnya. Seperti layaknya wanita-wanita dalam romcom, jika mereka tersesat, terdampar, atau berada di daerah asing, mereka akan bertemu dengan pria tampan. Hal seperti itu sangatlah tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Kalaupun ada, kemungkinannya sangat kecil. Ya, seperti halnya wanita-wanita romcom lainnya, si tokoh utama wanita pun bertemu dengan pria tampan (Matthew Goode). Dan entah mengapa, kalau di film-film romcom atau FTV, hanya pria tampan itulah yang mampu membantu si tokoh utama wanita. Dan walaupun si pria tampan itu luar biasa menyebalkan, tapi si tokoh utama wanita, entah bagaimana pasti ditakdirkan untuk meminta bantuan dan dibantu oleh si pria tampan.
Dalam film ini, si tokoh utama wanita meminta bantuan si pria tampan untuk mengantarkannya ke pacarnya. Cerita dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada alternatif lain bagi si tokoh utama wanita untuk mencapai tujuannya. Dan akhirnya mereka pun melakukan road trip bersama.
Tidak ada percakapan-percakapan cerdas ala When Harry Met Sally di sepanjang perjalanan yang mereka lalui. Yang ada malah kebetulan-kebetulan yang sangat "skenario". Hewan ternak menghalangi jalan, mobil tercebur di danau, ketinggalan kereta, dan kebetulan-kebetulan konyol lainnya. Sepanjang perjalanan tersebutlah, seperti biasa, karakter kedua tokoh utama menjadi luluh akibat situasi. Karakter yang tadinya saling tidak cocok dan membuat sebal satu sama lain, tiba-tiba mendadak saling peduli dan menghargai satu sama lain. So FTV, So Romcom.
Bagian twist di ending cukup logis, sebelum alarm kebakaran dan cerita cincin merusak semua kelogisannya. Umm, semua orang pasti punya kelemahannya masing-masing kan? Semakin lama kita mengenal seseorang, semakin banyak kelemahannya yang kita ketahui, dan jika kita tetap sayang pada orang itu, kita akan mentoleransi kelemahan-kelemahan tersebut. Nah sekarang, maukah kita melepaskan orang yang sudah begitu kita kenal, yang sudah banyak kita berikan toleransi dan mentoleransi diri kita, hanya karena suatu filosofi sepele, hanya untuk hidup bersama orang yang filosofis, namun baru kita kenal sebentar. Kita belum tahu kelemahan-kelemahan orang ini, dan apakah kita akan betah hidup selamanya dengannya. Terlalu banyak hal yang harus dipertaruhkan.
Well maybe that's the art of romcom. Love is illogical for those characters in the movies.
Rate : 4.0/10
No comments:
Post a Comment